AGAMA ISLAM
Hakikat Manusia menurut Islam
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi
dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti :
Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan
dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi
hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal
dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut
hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru
sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah
menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam
hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang
diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat
di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan
yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu
akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam
ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT. {“Allah telah
menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah
menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga
telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah
telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas
kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang
telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta
derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu
sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan
berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah
merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang
dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia
tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh
dilewati.
Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia
terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat
khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan
berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan
membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa
kasih sayang dan cinta,
rasa
kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman,
menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka,
merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang
melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri
manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya
sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh
karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan
kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya
saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata
cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk
memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan
naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya
berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya.
Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah.
Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan
ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara
spermatozoa dengan ovum.
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara
rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai
mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus
kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu
kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh
mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan
kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat
diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini
disebut dengan khalifah. Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam
Surat All-Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu
khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah
dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Namun kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti,
yang biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi
Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di
masa Muawiyah-‘Abbasiah. Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai
dengan yang telah diuraikan diatas sangatlah luas, yakni selain sebagai
pemimpin manusia juga berfungsi sebagai penerus ajaran agama yang telah
dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu khalifah juga merupakan pemelihara
ataupun penjaga bumi ini dari kerusakan.
SIAPAKAH MANUSIA
Kehadiran manusia
pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul
manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang
spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut
para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat
evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya
ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil
Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya
ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih
dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo
walaupun spesiesnya dibedakan.
Fosil jenis ini di neander, karena itu
disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang
telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Beberapa Definisi Manusia :
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua
makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat
hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg
luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan
telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas –
kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya
bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas
rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu
kualitas seperti Tuhan
3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah
kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya
refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap
rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing
realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan
akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan
penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan
memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke
dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg
benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg
lebih mulia daripada eksistensi.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti
bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas
kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan
menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif
tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya
di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu
–quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari
eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak
terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum
diberikan alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal.
Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang
untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama
dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan
untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu
memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan
mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul
pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara
manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih
tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan
suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela
untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami,
mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai
suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur
dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil
dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya
suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak
dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
Al Qur’an
memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia
sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia
sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki
kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Manusia memiliki fitrah
dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu
potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Potensi fisik
manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir
diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib,
dan nafsu. Akal dalam
penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Qur’an akal
diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian
di dalam Al Qur’an akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan
lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari (1992)
menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar
atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak di dada
sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah
pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat
manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif.
Akal digunakan
manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan
yang berpusat pada qalbu.
Adapun nafsu
adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya.
Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang
bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut
sebagai dorongan kehendak bebas.
PERSAMAAN dan PERBEDAAN
MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN.
Manusia pada
hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan
kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan,
kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai
salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki
karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan
binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan
yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam
kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang
memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
instinctif.
Dibanding dengan
makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan
manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk
bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di
udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun
ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai
keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau
makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70.
Diantara karakteristik manusia adalah :
1.
Aspek
Kreasi
2.
Aspek
Ilmu
3.
Aspek
Kehendak
4.
Pengarahan
Akhlak
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual
dan kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan
argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama,
melalui pembuktian dengan kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa;
diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan
tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati
adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh
prinsip alam. Sedangkan tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya,
selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara
bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan mempunyai
prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan,
selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini
disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari
hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai
semua yang dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan
serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti
manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini
disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda manusia
dari segala makhluk lainnya.
TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT berfirman dalam surat Ad-dzariyat:56 bahwasannya:”Allah tidak
menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya”mengabdi dalam bentuk
apa?ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti
tercantum dalam Al-qur’an
لِيَعْبُدُونِ وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا
“Sesungguhnya telah ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah.”
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam
beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal
yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist
didalam menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang
seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan
dari itu adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka
yang terjerumus kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah
susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi
setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap
akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari
dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk
mendekati,menjalankan larangan-larangannya.Sehingga mereka bertolak belakang
dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah.Oleh
karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di
akhirat.
FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah
sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran
Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan
ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah
itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.Belajar
(surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)
belajar yang dinyatakan pada ayat pertama
surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.Mengajarkan
ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah
bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.
3.Membudayakan
ilmu (al Mukmin : 35 )
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya
sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi
SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak
Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan
saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum
mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia
bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat
malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang
diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan
peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan
keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru
peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang
lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus
menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah
menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang
lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah
berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada saya”kawan untuk
kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus dalam
kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan
terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga,
kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi
kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang
dimiliki dan bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi
SAW dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang
berkurang atau melemah).
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab
terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu
anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari
neraka).
Allah dengan ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul, memerintahkan
hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung
jawab hamba Allah adlah menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba
berupaya mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang mengancam diri dan
keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat
dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran
(Fakhsyaa’iwalmunkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang
senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat
ma’ruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab
hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut
Sunnah Rasul.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada
di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis.
Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga
kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu
hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an),
maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang
melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan
dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena
itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan
yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang
artinya adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat)
kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada
sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba
allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu
dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah
yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim
sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling
rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
KESIMPULAN
Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak
sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang
lainnya.Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh
Allah SWT kepada manusia menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya
memegang gelar sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat
meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah Allah ciptakan
di alam ini dengan sebaik-baiknya.
Tugas utama manusia adalah beribadah (لِيَعْبُدُونِ )kepada Allah SWT.Semua
ibadah yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali kepada
kita dan bukan untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi
khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-hal lainnya dari hal besar sampai hal
kecil yang termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang ringan yang bisa
dikerjakan dengan cara bermain-main terlebih apabila seseorang sampai
mengingkarinya.Perlu usaha yang keras,dan semangat yang kuat ketika keimanan dalam
hati melemah,dan pertanggungjawaban yang besar dari diri kita kelak di hari
Pembalasan nanti atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia.